Stasiun Athlone, Galway, Irlandia*

Kereta api yang kutumpangi berhenti. Dari jendela, tampak jelas orang lalu lalang. Ada yang turun dan ada yang masuk gerbong kereta. 

Ketika seorang pria paruh baya, perkiraanku umur 40 tahun, turun dari kereta, terlihat dua anak perempuan, kisaran 7 dan 5 tahun, yang sangat riang saat melihat kedatangannya. Saya perhatikan (sepertinya) ayahnya bersandiwara seolah-olah dia tidak melihat kedua anak itu sedang berdiri menantinya. Dia melewati kedua anak tersebut dengan wajah tanpa perasaan bersalah. 

Kedua anak tersebut mengejarnya. Anak yang lebih tua kemudian menarik-narik celana ayahnya. Baru pria itu menolehnya sambil tertawa. Lalu anak tersebut digendongnya. Terlihat senyum anak itu melebar, mengerti bahwa buah dari kesabarannya menanti pria itu akan datang. 

Sesaat pria itu tidak menghiraukan anak yang lebih muda. Tapi anak itu juga dengan girangnya melompat-lompat seolah tidak terima dirinya dibiarkan berdiri tanpa pelukan. Pria itu lalu dengan sigapnya membungkukkan punggungnya serta meraihnya. Kini dua anak tersebut sudah dalam gendongannya. 

Melihat pemandangan itu, (mungkin) ibunya ikut tersenyum. Empat wajah yang diselimuti rasa bahagia, aku lihat, terus melangkah ke arah pintu keluar. 

Terselip dalam benakku betapa anak juga memendam rasa rindu pada seorang ayah, terlepas seberapa lama mereka terpisah. Mungkin anak-anak itu hanya berpisah sehari saja karena ayahnya harus bekerja di tempat yang jauh. Atau mungkin juga anaknya harus ditinggal selama dua hari karena ayahnya harus menginap di luar kota untuk menjalankan tugas. Atau pertemuan mereka hanya terjadi sekali dalam satu bulan mengingat jarak tempuh yang harus memisahkan mereka.

Ketika kereta api itu tiba, anak-anak menyisir tiap-tiap gerbang, menduga-duga dari gerbang mana sang ayah yang telah dinantikannya akan muncul. Meski banyak orang lain yang turun, anak-anak itu sudah bisa membedakan apakah pria-pria yang keluar itu adalah ayahnya atau bukan. 

Stasiun Athlone telah menyatukan rindu mereka dan akulah saksinya.

*18 June, 2025

Comments

Popular posts from this blog

Langit Galway, Irlandia

Lexical Variation

Linguistic Repertoire and the Lived Experience of Language